Duduklah, dan dengar tutur dari kaca pagi
yang belum tersentuh.
Tentang debu-debu yang menempel dari
hujan dan angin-angin hari lalu
Kita macam tersihir terawang keluar jendela.
Pagi enggan beranjak tapi mentari
tak pernah memaksa,
kita akan tetap memutar
Duduklah, seduhan kopi milik kita
masih setengah matang.
Di pikuk ini tidak ada yang akan
terbunuh
oleh ilahku
66 DA,
K. Wiyono
No comments:
Post a Comment